Sabtu, 23 Agustus 2008

Natsir Ikon Penentang Sekularisme.

ImageSosok Mohammad Natsir patut menjadi contoh bagi pemuda-pemuda Islam, karena begitu gigihnya beliau menentang arus sekular yang penuh dengan hedonisme. Beliau tidak mewariskan harta benda bagi keturunannya tapi beliau mewariskan pelestarian ajaran Islam dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Hal ini disampaikan oleh Taufik Ismail dalam puisinya disela acara puncak Refleksi Seabad Mohammad Natsir, di Jakarta, Jum’at (18/7) malam.

Acara Refleksi Seabad Mohammad Natsir telah digelar selama kurang lebih 11 bulan. Panitia Peringatan Seabad M Natsir telah menggelar sederet acara dan kegiatan untuk menyosialisasikan figur dan sosok M Natsir kepada berbagai lapisan masyarakat. Diantaranya meluncurkan buku biografi M Natsir, seminar yang mengupas M Natsir di beberapa kota dan menggelar pameran serta lomba karya tulis ilmiah.

Seperti diketahui, M Natsir pernah berpidato dalam sidang Konstituante pada 13 November 1957. Di sidang tersebut Natsir menolak tegas sekularisme yang dikatakannya sebagai paham tanpa agama atau la diiniyah. ”Seorang sekularis tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber kepercayaan dan pengetahuan. Ia menganggap bahwa kepercayaan dan nilai-nilai itu ditimbulkan oleh sejarah ataupun oleh bekas-bekas kehewanan manusia semata-mata dan dipusatkan kepada kebahagiaan manusia dalam kehidupan (dunia) sekarang ini belaka,” ujar tokoh Masyumi yang turut mendirikan Dewan Dakwah ini.

Natsir pun menawarkan kepada sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI.”Jika dibandingkan dengan sekularisme yang sebaik-baiknya pun, maka adalah agama masih lebih dalam dan lebih dapat diterima oleh akal. Setinggi-tinggi tujuan hidup bagi masyarakat dan perseorangan yang dapat diberikan oleh sekularisme, tidak melebihi konsep dari apa yang disebut humanity (perikemanusiaan). Yang menjadi soal adalah pertanyaan dimana sumber perikemanusiaan itu?” ujar Natsir dengan nada tegas.

Tidak ada komentar: